POSMEDIA.ID, Sumenep,- Camat Masalembu, Achmad Uzai Rachman mengatakan bahwa pertunjukan seni Ta’putaan yang dibarengi dengan sinden di Pulau Masalembu sudah menjadi hiburan tahunan rakyat setiap bulan puasa tiba. Bahkan menurutnya jika ada oknum yang mengatakan bahwa kesenian Takputaan tersebut di jadikan ajang pesta miras, itu hanya tuduhan sepihak yang belum bisa dipastikan kebenarannya.
“Kami sudah meminta keterangan dari pihak juragan Ta’putaan atas tuduhan tersebut, namun pihak juragan Ta’putaan malah akan melaporkan ke pihak terkait kalau nantinya mereka tahu siapa oknum yang menuduh kesenian budaya tersebut di campuri dengan pesta miras” Ungkapnya saat memenuhi panggilan Bakesbangpol Kabupaten Sumenep Kamis (06/03/25) lalu.
Bahkan Kapolsek Masalembu Eddy Sumarno bersama Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Jumat (07/03/25) kemaren sempat mengundang beberapa tokoh dan pihak-pihak terkait untuk membahas lebih lanjut atas kegiatan tradisi Takputaan yang sempat ramai karena kontroversi tersebut. Namun karena yang hadir hanya beberapa orang, pihaknya mengaku belum bisa mengambil keputusan.
“Karena belum ada keputusan yang mengarah terhadap larangan atas kegiatan budaya Takputaan tersebut, kami tetap mengacu kepada surat edaran himbauan yang di keluarkan oleh forpimka” ungkapnya.
Zakariya Kepala Dusun Ambulung Desa Sukajeruk mengungkapkan bahwa melestarikan budaya dalam suatu daerah bukanlah pekerjaan yang mudah, melainkan butuh upaya yang keras karena budaya baginya merupakan aset yang paling berharga untuk generasi selanjutnya.
“Dengan budaya, kita bisa membangun masyarakat yang lebih harmonis, saling menghargai perbedaan, dan yang terpenting bagaimana menjaga untuk saling menghormati, mari kita bersama-sama melestarikan budaya di pulau ini sebagai warisan yang tak ternilai harganya” ucapnya.
Untuk diketahui seperti yang telah ditulis sebelumnya bahwa sempat ramai bahwa masyarakat pecinta budaya Takbutaan merasa resah karena ada himbauan dari pemerintah untuk tidak ada lagi pertujukan Takbutaan.
Seperti yang disampaikan Adi salah satu pemilik pertujukan Takbutaan tersebut mengatakan bahwa dirinya mengaku senang dengan tradisi Takbutaan yang sudah diwariskan secara turun-temurun dan menjadi bagian tak terpisahkan warga Kepulauan Masalembu disaat bulan suci Ramadhan datang.
“Keberadaan tradisi ta’putaan setiap bulan puasa ini sudah menjadi budaya lokal. Hal ini contoh sempurna bagaimana agama dan budaya dapat saling memperkaya tanpa kehilangan esensinya, bagaimana kesenian dan tradisi lokal ini menjadi bagian dari budaya” ucapnya kepada posmedia.id Kamis (06/03/25).
Tidak hanya Adi, hal senada juga disampaikan Herman (33 tahun) salah satu sinden di kesenian ta’putaan tersebut mengatakan bahwa Takbutaan tidak hanya sebatas pertunjukan seni namun sudah menjadi warisan budaya lokal.
“Bagi kami, tradisi ta’putaan ini dilaksanakan sebagai sarana hiburan masyarakat, apalagi yang di pertontonkan tidak hanya wujud dari ekspresi seni, tetapi sudah menjadi warisan budaya, jauh sebelum saya lahir tradisi ta’putaan itu sudah ada,” ungkapnya.
Adi juga menambahkan bahwa dirinya merasa keberatan jika pertujukan Takbutaan dituding menjadi sebuah ajang pesta meras.
“Saya merasa keberatan jika pertunjukan kesenian ini kami dituduh dengan hal -hal yang negatif, seperti tuduhan yang sangat fatal ketika kami di tuduh pesta minuman keras (Miras) saat pertunjukan berlangsung. Ini fitnah yang sangat luar biasa,” tegasnya dengan raut wajah kecewa.
Bahkan Adi meminta aparat penegak hukum untuk menindak siapapun yang membuat berita bohong bahwa pertujukan Takbutaan identik dengan pesta minuman keras.
“Ini sudah jadi perbincangan di masyarakat bahkan di jajaran pemerintah kabupaten, saya meminta pihak terkait untuk mengusut tuntas siapa dalang di balik pencemaran nama baik kesenian budaya ini, kami meminta siapa yang menyebarkan fitnah ini supaya di usut,” pungkasnya. (HI/HS)