Nasional, Posmedia.id,- Beberapa hari terakhir di Indonesia marak ajakan boikot produk israel atau yang pro israel karena dinilai israel telah mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan dengan melakukan penyerangan secara brutal di Palestina.
Aksi boikot produk Israel tersebut juga di dukung secara resmi oleh fatwa yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 83 Tahun 2023 tentang Fatwa Haram Produk Pendukung Israel.
“Kami mengajak masyarakat Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Jadi, tak sebatas untuk umat Islam, untuk stop minum, makan, dan menggunakan produk yang terafiliasi dengan zionis Israel. Ini fatwanya jelas. Produk apa saja, silakan banyak bertebaran di medsos,” kata Wakil Sekretaris MUI Ikhsan Abdullah di Kantor MUI Jakarta, Rabu (15/11).
Fatwa tersebut dikeluarkan dalam rangka sebagai wujud dukungan nyata dari Indonesia terhadap penjajahan yang terjadi di negara Palestina.
“Wujud dukungan nyata dari ulama dan bangsa Indonesia yang cinta akan perdamaian dunia dan anti penjajahan dan untuk Palestina merdeka,” lanjutnya.
Namun apakah aksi boikot serta fatwa yang dikeluarkan oleh MUI tersebut sudah berdampak terhadap produk-produk israel yang dimaksud?
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, nilai impor Israel ke Indonesia selama bulan Oktober 2023 mencapai US$ 2.532.695. Sedangkan impor pada bulan September yakni US$ 999.431.
Faktanya Impor produk dari Israel ke Indonesia mengalami peningkatan selama periode Oktober-Novvember 2023. Meningkatnya impor secara bulanan ini justru terjadi ketika ramai ajakan boikot produk Israel karena serangan bertubi-tubi ke Palestina.
Dengan data itu, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini mengatakan konflik antara Israel-Palestina sebenarnya tidak terlalu berpengaruh terhadap kondisi perdagangan internasional Indonesia.
“Dapat disimpulkan kondisi politik di kedua negara tersebut tidak signifikan terhadap kinerja perdagangan internasional Indonesia,” kata dia dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Rabu (15/11/2023).
Namun, Pudji tidak bisa memastikan pengaruh dari aksi boikot produk Israel yang belakangan ini menggema di Indonesia. Menurut dia, efek aksi boikot itu butuh penelitian lebih lanjut. Kalaupun ada efeknya, dia mengatakan dampak aksi tersebut baru akan kelihatan pada bulan depan.
“Tentunya nanti pada saat kita merilis ekspor-impor di bulan berikutnya apakah ada perubahan atau tidak, ini mungkin menjadi salah satu fenomena yang bisa menjawab pertanyaan tersebut,” kata dia.
Puji juga mengatakan bahwa pangsa pasar ekspor-impor Indonesia dan Israel tergolong kecil. Menurut dia, kontribusi ekspor Indonesia ke Israel selama Oktober 2023 hanya sebesar 0,07% terhadap total ekspor Indonesia.
Sementara, persentase impor non-migas dari Israel juga tergolong kecil yakni hanya 0,011%.
Pudji mengatakan komoditas yang paling banyak diekspor Indonesia ke Israel adalah lemak dan minyak hewan nabati, alas kaki, serta mesin dan perlengkapan elektrik. Sementara komoditas utama impor dari Israel adalah mesin dan pesawat mekanik, perkakas dan alat potong, serta peralatan listrik.
Impor bulan Oktober didominasi oleh mesin dan pesawat mekanik yang nilainya mencapai US$ 734.786. Angka impor komoditas ini pada bulan Oktober meningkat hampir lima kali lipat dibandingkan periode September dengan nilai US$ 142.690.
Selanjutnya komoditas mesin dan peralatan listrik juga mendominasi impor Indonesia dari Israel yang bernilai US$ 718.054. Lagi-lagi, angka tersebut meningkat dibandingkan impor periode September yang nilainya hanya US$ 124.392.
Adapun di peringkat ketiga adalah komoditas perkakas dan perangkat potong senilai US$ 316.759. Angka impor komoditas ini turun dibandingkan bulan September, yaitu US$ 390.001. (red)