Ribut Politik Drama Korea, Siapa yang Main Sinetron Siapa yang Jadi Penonton?

oleh -270 views

Nasional, Posmedia.id,- Sempat terjadi ketegangan setelah Gibran Rakabuming Raka  memutuskan menerima pinangan Prabowo untuk menjadi bakal cawapres. Gibran merupakan kader PDIP, partai yang sudah bulat mengusung Ganjar-Mahfud MD di pilpres 2024 mendatang.

Terdapat tiga pasangan capres-cawapres yang akan bertarung di Pilpres 2024. Mereka adalah Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Cak Imin), Ganjar Pranowo-Mahfud MD, dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Presiden Joko widodo yang juga merupakan  ayah dari Gibran Rakabuming Raka cawapres Prabowo Subianto, sempat menyinggung perihal situasi politik saat ini yang disebut seperti drama dalam sinetron. Awalnya Jokowi menyebut kompetisi dalam demokrasi itu wajar. Menurutnya, bertanding untuk menang merupakan sesuatu yang sah-sah saja.

“Tapi yang harus tetap kita tunjukkan adalah demokrasi yang berkualitas. Demokrasi yang tidak memecah belah dan tak saling menjelekkan dan saling memfitnah, demokrasi yang kita ingin bangun adalah demokrasi yang membangun, yang menghadirkan solusi,” kata Jokowi pada saat memberikan sambutan di HUT ke-59 Golkar, di DPP Golkar, Slipi, Jakarta, Senin (06/11/23).

Namun, Jokowi mengaku akhir-akhir ini dirinya justru melihat terlalu banyak drama hingga sinetron dalam perpolitikan nasional. Ia mengingatkan mestinya yang muncul adalah pertarungan gagasan.

“Saya lihat akhir-akhir ini yang kita liat adalah terlalu banyak dramanya. Terlalu banyak drakornya. Terlalu banyak sinetronnya. Sinetron kita liat. Mestinya pertarungan gagasan, pertarungan ide. Bukan pertarungan perasaan,” ujarnya seraya diambut riuh para tamu yang hadir pada malam tersebut..

“Kalau yang terjadi pertarungan perasaan repot semua kita. Tidak usah saya teruskan, karena nanti kemana-mana,” uapnya seraya tersenyum.

Jokowi juga mengingatkan kepada para kandidat yang bertarung di Pilpres 2024 untuk tetap menjaga persatuan. Menurutnya, seluruh pihak yang bertarung merupakan anggota keluarga Indonesia.

“Setelah berkompetisi bersatu kembali. Rukun kembali. Ini pertarungan anggota keluarga sendiri, antarsesama anak bangsa,” ujarnya.

Pernyataan presiden Jokowi tersebut lantas dikomentari oleh politikus PDI Perjuangan Andreas Hugo Pareira. Dirinya malah mempertanyakan siapa sutradara dari sinetron politik yang dimaksud oleh presiden Jokowi.

“Yang bilang drama siapa? Yang memainkan drama ini siapa, yang menulis skenario drama ini siapa, sutradaranya siapa, siapa pemain dramanya. Semua orang bisa melihat itu,” ucap Andreas, Jumat (10/11/2023).

Pernyataan itu disampaikan politisi PDIP Andreas Hugo Pareira merespons pernyataan Presiden Joko Widodo yang menyebut dinamika jelang Pilpres sebagai sinetron politik, kata Andreas, PDIP hingga saat ini sudah mengikuti aturan Konstitusi.

“Jangan kemudian kita menepuk air di dulang terpecik ke muka sendiri, ini kan seolah-olah terjadinya seperti itu,” ujar Andreas.

“Ini kan seolah-olah terjadinya seperti itu, dia tidak tahu apakah yang menyampaikan itu menyadari atau tidak soal drama, soal perasaan-perasaan.” Lanjutnya.

Sebab bagi PDIP, lanjut Andreas, apa yang terjadi di Mahkamah Konstitusi publik bisa melihat semua.

“Pamannya Gibran jadi korban dari drama ini,” tegasnya.

Namun Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie justru menilai saat ini publik tidak begitu peduli dengan isu politik dinasti dan penghianatan. Grace menilai isu itu dilempar sebagai salah satu upaya kontestan untuk memenangkan pertandingan pemilu.

“Kalau dikatakan pemilih itu tidak peduli atau ada sabotase dan sebagainya, saya melihatnya dari survei ini terlihatnya bahwa pemilih kita itu justru semakin cerdas melihat bahwa ini kita sedang ada dalam sebuah kontestasi, sebuah perlombaan, di mana perlombaan ini sudah dimulai,” kata Grace dalam rilis survei Indikator Politik Indonesia secara virtual, Minggu (12/11/2023).

Grace kemudian menyinggung pihak yang kerap melemparkan isu politik dinasti hingga mengubah undang-undang. Menurutnya, publik telah memahami bahwa isu itu dilemparkan untuk memperoleh dukungan.

“Oleh karenanya manuver dari semua peserta harus dibaca sebagai upaya untuk memenangkan perlombaan, jadi ternyata isu yang kerap dimainkan oleh kubu tertentu terkait dengan isu dinasti, kemudian isu memainkan mengubah undang-udang, kemudian sampai isu penghianatan itu sudah bisa dibaca oleh pemilih, oleh masyarakat bahwa ini adalah bagian dari upaya para kontestan untuk memenangkan pertandingan,” jelasnya.

“Jadi mereka bisa membaca seperti itu, olah karenanya bukan publik tidak peduli terhadap isu-isu terkait isu apakah hasil MK itu diintervensi atau tidak atau sebagainya, tapi publik sudah bisa memahami bahwa ini adalah sebuah kontestasi,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Grace menyebut pihak yang melempar itu penghianatan hingga politik dinasti itu tidak membuahkan hasil yang diinginkan. Hal itu, kata dia, tidak berhasil menurunkan kepercayaan publik terhadap pasangan yang diusung PSI Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.

“Oleh karenanya isu dinasti, kemudian isu penghianatan ternyata justru tidak membawa hasil yang diinginkan oleh yang melemparkan isu, tidak berhasil menggiring opini publik untuk kemudian menurunkan kepercayaan mereka pada Prabowo dan Gibran, dan bahkan bisa dikatakan sebagai backfire, menembak kaki sendiri,” sebutnya.

“Justru pihak yang melemparkan isu saat hari ini kalau dipotret dalam survei malah mengalami penurunan dukungan dan yang menikmati kenaikan justru pasangan Mas Anies dan Cak Imin yang duduk tenang-tenang melihat drama sinetron ini bermain,” imbuhnya.

Serangan yang gencar terhadap Prabowo-Gibran itu, menurut Grace, malah membuat pendukung semakin solid. Dia kemudian menyinggung hasil survei Indikator Politik Indonesia yang menunjukkan bahwa elektabilitas Ganjar Pranowo turun tajam.

“Kemudian gencarnya serangan terhadap pasangan Prabowo-Gibran juga termasuk serangan yang begitu kuat terhadap Presiden Jokowi justru membuat pendukungnya semakin solid. Kita lihat orang yang puas terhadap kinerja Pak Jokowi semakin solid meninggalkan pasangan tadi yang terbaca dari survei dalam presentasinya Mas Burhan meninggalkan Pak Ganjar-Mahfud, kemudian solid merapat pasangan Prabowo-Gibran,” pungkasnya.

Sebelumnya Indikator merilis hasil survei mengenai elektabilitas capres dan pasangan calon. Pasangan Prabowo Gibran ada pada posisi pertama dalam survei yang dilakukan 27 Oktober-1 November 2023.

Berikut elektabilitas paslon:

Prabowo-Gibran 39,7%

Ganjar-Mahfud 30%

Anies-Cak Imin 24,4%

Tidak jawab 5,9%

Indikator politik juga melakukan survei elektabilitas capres tanpa pasangan, berikut hasilnya:

Prabowo 40,6%

Ganjar 27,8%

Anies 23,7%

Tidak jawab 7,9%