Resmi Mencalonkan Diri Menjadi Ketua PWNU Jatim, Berikut 6 Poin Gagasan RKH Makki Nasir Cicit Syaichona Cholil Bangkalan

oleh -380 views

Bangkalan, Posmedia.id,- KH Makki Nasir resmi maju mencalonkan diri menjadi ketua PWNU Jawa Timur di konferwil yang di laksanakan di Ponpes Tebuireng Jombang pada tangal 2 hingga 4 Agustus 2024.

 

Bukan tanpa alasan, KH Makki Nasir ternyata memiliki 6 poin penting yang menjadi gagasan dirinya mantap untuk maju menjadi orang nomor satu di PWNU Jatim tersebut.

 

Enam poin penting tersebut adalah :

 

1. Niat berkhidmah.

“Atas restu dan dorongan dari berbagai kalangan maka saya mengucapkan bismillah untuk maju dalam kontestasi Konferwil PWNU Jatim 2024, Saya maju menjadi kandidat ketua PWNU di konferwil PWNU 2024 ini dengan niat berkhidmah, sebagai kader Nahdlatul Ulama maka saya harus tetap bersemangat dan siap  dimanapun berada,” ucapnya Rabu malam (24/07/24).

 

2. Menyatukan bukan menyeragamkan.

 

“Jadi seperti yang dikonsep oleh Syaichona Cholil bahwa untuk menyatukan berbagai perbedaan yang ada itu bukan dengan cara menyeragamkan, tapi bagaimana memaksimalkan peran dari berbagai potensi-potensi Nahdlatul Ulama ini agar melangkah bersatu dan berkarakter,” ungkapnya.

 

3. Membangun landasan Berifikir yang benar melalui pendidikan pengkaderan

 

“Karena orang melangkah ini kan dimulai dari fikiran, jika fikiran tidak terbangun dengan bagus maka langkah-langkah juga tidak akan bagus, Saya terinspirasi dengan isyaroh Syaichona Cholil ayat yang disertakan terhadap isaroh tongkat itu adalah ayat tentang pengkaderan, membangun landasan berfikir,” ucapnya seraya membacakan beberapa ayat dari Surat Thaha yang isinya menceritakan tentang mukjizat nabi musa.

 

4. Menjalin Komunikasi dengan Tradisi dan Adat Ketimuran

 

“Saya bertekat untuk membangun solidaritas dengan membangun komunikasi yang bagus, merajut ukhuwah ini, harus dengan teori-teori komunikasi yang bagus, dengan kata-kata yang efektif agar ada tanggapan yang efektif sehingga terjalin komunikasi untuk membangun jembatan dari berbagai potensi yang dimiliki oleh Nahdlatul Ulama,” ucapnya.

 

5. Meneguhkan Isyaroh, Membangun Pondasi yang Kuat

 

“Ketika kita masuk kepada abad kedua, maka secara alami sejak seratus tahun inikan butuh yang namanya tajdidul haroqah, bukan haroqah aljadidah, tapi tajdidul haroqah, bagaimana haroqah atau pergerakan di abad pertama kemaren ditransformasikan ke abad kedua ini. Analoginya seperti kalau kita ingin meningkatkan sebuah gedung, menambah lebih besar lagi, inikan bangunan harus bertumpu pada pondasi, bangunan sehebat apapun kalau tidak bertumpu pada pondasi akan cepat roboh, rentan, tidak kuat,” tuturnya seraya menguatkan bahwa meneguhkan isyaroh yang menjadi slogannya merupakan konsep dasar pergerakan Nahdlatul Ulama yang harus dipegang kuat agar tidak terseret arus globalisasi yang belum jelas kebenarannya.

 

6. Meneguhkan Isyaroh, Membedakan yang Asli dan Palsu

 

“Nah ini yang harus kita teguhkan kembali bahwa rasa yang kita rasakan dalam sebuah kehidupan itu ada yang asli dan ada yang buatan. Dan rasa asli maupun buatan reaksi gerakannya sama, saya sering mencontohkan Pada beberapa kesempatan saat turun mengisi Lailatul Ijtimak di pelosok-pelosok desa, bahwa agar supaya mudah dipahami itu seperti rasa daging ayam asli dengan bumbu rasa ayam, itu rasanya sama, nikmatnya ya sama, yang beda itu efeknya, yang beda itu dampaknya,” ucapnya tegas. (Hs)