Oleh: Ahrori Dlofir*
Kalau ada jutaan orang yang tidak rela NU rusak, satu di antaranya pasti adalah Rais ‘Am PBNU, Kiai Miftachul Akhyar. Bahkan jika misalnya hanya ada satu orang yang peduli kepada NU, tidak berlebihan kiranya jika dikatakan Rais Am-lah satu-satunya orang itu, dengan segudang alasan dan jejak kiprahnya di Nahdlatul Ulama.
Di tengah-tengah banyak orang menuduh Rais ‘Am telah sewenang-wenang di NU, justru besarnya kepedulian dan besarnya tanggung jawab amanah sebagai pimpinan tertinggi NU itulah yang menjadi pangkal sebabnya: Kiai Mif memilih dimusuhi banyak kalangan daripada membiarkan pengrusakan terhadap marwah Organisasi terus melanggeng.
Itulah sebabnya berbagai tekanan untuk islah tidak meruntuhkan pendiriannya. Karena kewajiban menjaga marwah organisasi bagi Rais Aam pertanggung jawabannya sudah bukan lagi sekedar kepada publik, apalagi Ad-Art, melainkan kepada para muassis serta kepada Allah Subhanahu Wataala. Rais ‘Am bisa jadi gagal mengarahkan kepengurusan NU dengan sebaik-baiknya, tapi beliau telah sukses memantapkan pilihan tegasnya: mengamputasi siapapun yang berpotensi merusak marwah Jam’iyyah. Disitulah kebesaran Kiai Miftachul Akhyar, bahwa tidak ada kompromi kalau sudah menyangkut nama baik dan masa depan Nahdlatul Ulama. Hanya dengan cara itulah, Rais Am punya muka ketika kelak ditanya oleh para muassis dan dimintai pertanggungjawaban di hadapan yang maha Esa.
Alhamdulillah, Rais Aam tidak berijtihad sendirian. Bersamanya ada ulama-ulama kharismatik sekaliber Kiai Afifuddin Muhajir, Kiai Anwar Iskandar, Kiai Muhibbul Aman ‘Aly, Kiai Sadid Jauhari, Kiai Cholil Nafis, Kiai Ubaidillah Faqih, kiai Tajul Mafakhir dan beberapa Kiai sepuh lain yang di wajah beliau beliau itu tidak sedikitpun tersirat ambisi pribadi, apalagi terhadap konsesi tambang, kecuali bahwa beliau-beliau merasa bertanggung jawab mengawasi segala hal yang menyangkut kepentingan NU, termasuk konsesi tambang itu, jangan sampai ada pihak-pihak yang tidak amanah di dalam mengelola aset Nahdlatul Ulama.
Ini bentuk kepedulian sang Rais Aam dan jajaran syuriyah yang lain. Kritikan kepada Rais Aam dan jajaran syuriyah sudah tidak membangun. Semuanya sudah mengarah terhadap personal. Alahmdulilah, Rais Aam tidak pernah menanggapi segala tuduhan-tuduhan keji. Kiai Mif tetap tegak lurus dengan keputusannya. Sebab dalam pundaknya hanya ada komitmen; tanggung jawab dunia akhirat.
*Alumni Pondok Pesantren Sidogiri,
Wakil Sekretaris PCNU Bangkalan
Sekjen FORBHINU
Pengasuh Yayasan Raudlatul Ulum Palo Bangkalan




