Mengapa Muktamar NU Ke-35 Harus di Bangkalan? Ini Alasannya…..

oleh -120 views

Oleh : Ahrori Dhofir *

Rapat pleno menentukan PJ Ketua Umum PBNU telah usai (selasa 9 Desember). KH. Zulfa Mustofa disepakati oleh peserta sidang untuk mengisi kekosongan ketua Umum PBNU. Salah satu program yang menjadi prioritasnya adalah menyiapkan Konbes-Munas dan Muktamar ke 35 mendatang. Lalu dimanakah tempat yang sangat tepat dan pas untuk ditempati Muktamar ke 35 memasuki abad kedua NU?

Saya sebagai warga NU yang berdomisili di Bangkalan, akan sangat setuju dan sepakat jika Muktamar ke 35 itu dilaksanakan di Bangkalan. Ada beberapa alasan yang cukup mendasar kenapa Muktamar ke 35 sejatinya di Bangkalan :

Pertama, Bahwa isyaroh dan ketegasan akan didirikan Jamiyah Nahdlatul Ulama itu berasal dari Bangkalan. Adalah sejarah yang tidak terbantahkan bahwa Syaichona Cholil adalah sosok figur sentral dalam pendirian Jamiyah terbesar didunia ini. Diberbagai literatur; baik buku maupun berupa cerita cerita yang disertai manuskrip, Syaichona Choil merupakan sosok ulama alim allamah, bahkan masyhur diyakini sebagai seorang waliyullaj.

Ya, Syaichona Moh. Cholil yang menjadi inspirator serta konseptor dari perjalanan jamiyah Nahdlatul Ulama. Dengan demikian, Bangkalan dan NU adalah bagaikan dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya mempunyai sejarah dan cerita tersendiri. Maka di umur NU sekarang yang sudah memasuki abad kedua, tentu sangat bijaksana dan objektif sekali ketika Muktamar NU ke 35 itu diselenggarakan di kabupaten Bangkalan, sebagai penegasan indentitas untuk memulai kembali dari titik nol menjadi Jamiyah yang betul betul menjadi benteng bagi agama dan negara.

Background sejarah inilah sebaiknya menjadi acuan utama, bahwa Bangkalan sangat pas dan layak menjadi sohibul hajat dari perhelatan lima tahunan. Selain dari itu, memulai sesuatu dari akar ini akan menumbuhkan semangat tersendiri bagi pengurus dan warga NU.

Mbah Cholil yang dengan perhatian penuh kepada santrinya KH. Hasyim Asy’ari sangat luar biasa. Melalui perantara santri yang bernama Kiai As’ad untuk mengatarkan Tongkat dan Tasbih kepada Mbah Hasyim bukti konkrit legitimasi ijmaly kepada Mbah Hasyim terhadap pendirian Jamiyah Nahdlatul ulama. Dengan demikian, memilih Bangkalan sebagai tuan rumah Muktamar ke 35 sama halnya dengan merawat akar dan menyambungkan nilai spritual yang dalam tradisi NU adalah pondasi utama untuk modal berkhidamh dan berjuang.

Kedua, sebagai warga mayoritas, masyarakat Madura khususnya di Bangkalan tidak diragukan kembali akan loyalitas dan keteguhannya akan nilai nilai Aswaja Anahdliyah. Maka tidak heran, jika pada akhirnya ada harapan besar atas terselenggranya Muktamar di Bangkalan.

Ketiga, sebagai bentuk apresiasi dan kepedulian pemerintah terhadap perjuangan Sgaichona Cholil didunia pendidikan menjadi lebih afdal untuk terus diceritakan dan dijadikan sebagai rujukan kita semua. Momentum gelar pahlawan yang baru saja diberikan oleh pemerintah  tersebut akan menjadi penegasan terhadap simpul tokoh agama yang cinta akan tanah air seperti Syaichina Cholil.

Maka, koneksitas cinta tanah air dengan NU merupakan harga mati. Oleh karenanya, mengenalkan kalimat Hubbul Authon di Muktamar mendatang adalam sesuatu yang sangat urgen dan konkrit. Apalagi disampaikan di tengah perhelatan Muktamar. Hal itu akan lebih menambah loyalitas bangsa Indonesia untuk terus merawat kebhinekaan ini, sebagai simbol dari kehidupan berbangsa dan bernegara.

Akhirnya, saya berharap besar akan terlaksananya Muktamar ke 35 di Bangkalan. Sebuah kabupaten yang didalamnya terdapat pesantren ‘Demangan’ dimana tokoh dan pendiri Jamiyah Nahdlatul Ulama menimba ilmu. Semoga harapan ini disambut dengan baik, untuk menyiram kembali napak tilas Jamiyah Nahdlatul Ulama.

*Sekertaris Forum Bhindereh Nusantara