Bukan Fenomena Aphelion, Ternyata Ini yang Menyebabkan Cuaca di Madura Serasa di Malang

oleh -123 views

Ketua Falakiyah PCNU Bangkalan Muhammad Thuba saat memberikan praktik ilmu astronomi kepada santri ponpes Syaichona Cholil Bangkalan. (Foto: Istimewa)

POSMEDIA.ID, Bangkalan,- Akhir-akhir ini banyak pesan berantai yang tersebar di group WhatsApp yang isinya tentang fenomena Aphelion. Fenomena tersebut menurutnya menjadi penyebab cuaca lebih dingin dari biasanya karena letak bumi berada jauh dari matahari.

Namun fenomena Aphelion yang disebut menjadi penyebab utama cuaca terasa lebih dingin dari biasanya dibantah oleh ketua Falakiyah PCNU Bangkalan, Muhammad Thuba. Menurutnya tidak benar jika cuaca panas atau dingin dipengaruhi oleh jarak bumi dan matahari.

 

Dirinya lalu menjelaskan bahwa didalam ilmu falak (astronomi), ada istilah mail as-syamsi atau deklinasi matahari. Menurutnya secara kasat mata kita bisa melihat kalau matahari itu kadang serong ke utara, ke selatan dan kadang lurus di atas kita, deklinasi inilah yang kemudian menyebabkan matahari tampak bergeser ke utara dan selatan dalam setahun.

 

“penyebabnya adalah ketika bumi berputar mengelilingi matahari (revolusi), sumbu bumi miring sekitar 23,5° terhadap bidang orbitnya (ekliptika),” ucapnya Selasa (08/10/25).

 

Dirinya melanjutkan bahwa adanya deklinasi inilah yang kemudian menimbulkan pergantian musim (musim panas, dingin, semi, gugur) di belahan bumi yang berbeda. Bahkan setiap hari nilai deklinasi terus bergerak, jadwal utama deklinasi matahari adalah:

Sekitar tanggal 21 Maret matahari berada di atas katulistiwa

Sekitar tanggal 21 Juni berada di posisi paling jauh di utara (+23,5° dari katulistiwa)

Sekitar tanggal 23 September kembali di atas katulistiwa

Sekitar tanggal 21 Desember berada di posisi paling jauh ke selatan (-23, 5° dari katulistiwa)

Dan deklinasi ini secara tidak langsung juga mempengaruhi pergerakan angin.

Secara global berikut rentetannya:

1. Deklinasi matahari → menyebabkan posisi matahari bergeser ke utara dan selatan dalam setahun.

2. Perubahan posisi matahari → menyebabkan perbedaan penyinaran di bumi → daratan dan lautan menerima panas yang berbeda-beda.

3. Daratan lebih cepat panas/dingin daripada lautan.

4. Akibatnya muncul perbedaan tekanan udara antara daratan dan lautan.

5. Perbedaan tekanan inilah yang menggerakkan angin secara besar-besaran → inilah yang disebut angin muson (monsun).

 

“Dan kita bisa merasakan perubahan cuaca ini, baik panas ataupun dingin, contoh saja kita yang ada di daerah Bangkalan dan sekitarnya yang lintang tempatnya 7° di selatan katulistiwa, akan merasakan cuaca lebih dingin pada sekitaran bulan Juni/Juli karena matahari ada di posisi paling jauh di utara, dan secara efek berantai angin dingin dari Australia juga berhembus ke daerah kita. Sedangkan pada sekitaran bulan Oktober kita akan merasakan cuaca sangat panas karena matahari ada di deklinasi 7° di selatan katulistiwa (tepat di atas kita),” terangnya menjelaskan secara rinci mengapa cuaca di daerah kabupaten Bangkalan Madura dan sekitarnya saat ini terasa lebih dingin dari sebelumnya.

 

Pria yang aktif mengajar di pondok pesantren Syaichona Cholil Bangkalan tersebut juga menjelaskan bahwa selain deklinasi ada fenomena tahunan juga yang dinamakan aphelion yaitu titik terjauh bumi dari matahari, dan perihilion yaitu titik terdekat bumi dari matahari. Hal ini terjadi menurutnya karena bumi tidak mengelilingi matahari dalam lingkaran sempurna, tapi sedikit lonjong (elips).

 

Fenomena ini tidak begitu berdampak pada cuaca, bahkan saat aphelion, karena deklinasi matahari ada di 23° di utara, sebagian belahan utara bumi justru musim panas karena matahari berada di atas mereka.

 

“Jadi cuaca panas/dingin bukan karena jarak matahari, tapi lebih didominasi oleh kemiringan sumbu bumi (deklinasi),” pungkasnya. (Red)