Pelatihan Kuliner Minim, Potensi Gastronomi Lokal Terancam di Empat Kabupaten di Pulau Madura

oleh -116 views

Salah satu warung makan yang ada di Kabupaten Sampang Madura. (Foto: Istimewa)

POSMEDIA.ID, Madura,- Sebuah penelitian terbaru oleh Teguh Hidayatul Rachmad, seorang peneliti yang sedang menyelesaikan disertasi di Institut Pertanian Bogor tentang gastronomi di Pulau Madura dan juga awardee Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) LPDP 2021, mengungkapkan adanya kesenjangan signifikan dalam ketersediaan dan kualitas pelatihan kuliner di empat kabupaten di pulau Madura.

 

Data yang terkumpul menunjukkan bahwa minimnya akses terhadap pendidikan dan keterampilan kuliner yang memadai berpotensi menghambat pengembangan gastronomi lokal serta mempersempit peluang ekonomi bagi masyarakat.

 

Penelitian ini dilakukan terhadap pelaku usaha kuliner dengan jumlah populasi 694 responden dengan sampel 248 responden yang diambil sesuai dengan tabel Krejcie and Morgan, menemukan bahwa 91 % dari pengusaha kuliner di Pulau Madura tidak pernah mengikuti pelatihan kuliner. Sedangkan 9 % pengusaha kuliner sudah pernah mengikuti pelatihan kuliner.

 

Minimnya informasi yang sampai ke pelaku usaha kuliner menjadi alasan utama pelatihan kuliner tidak diikuti oleh pelaku usaha kuliner. Literasi tentang pentingnya pelatihan kuliner ke pelaku usaha kuliner juga menjadi alasan kedua tentang minimnya pelatihan kuliner.

 

“Gastronomi sebuah daerah adalah cerminan dari budaya dan identitasnya. Namun, tanpa dukungan pelatihan yang kuat, kekayaan kuliner di Pulau Madura berisiko tidak berkembang optimal, bahkan terancam punah,” ujar pria yang akrab disapa Teguh.

 

Bahkan dirinya berpendapat bahwa dengan adanya pelatihan yang baik akan muncul pengusaha kuliner baru dengan kemampuan yang mumpuni dan profesional, tentu ini akan sangat berdampak terhadap ekonomi di daerah tersebut.

 

“Padahal, dengan pelatihan yang tepat, kita bisa menciptakan juru masak dan pengusaha kuliner berbakat yang mampu mengangkat masakan lokal ke panggung yang lebih tinggi, sekaligus membuka lapangan kerja baru,” lanjutnya.

 

Lelaki dengan dua anak ini mengatakan data menunjukkan bahwa hanya 9% dari pelaku usaha kuliner lokal di pulau Madura yang pernah mengikuti pelatihan formal, sementara sisanya belajar secara otodidak atau dari pengalaman yang diwariskan secara turun-temurun.

 

Kondisi ini seringkali berdampak pada kualitas produk, inovasi menu, dan standar sanitasi yang belum optimal. Selain itu, kurangnya pelatihan juga membuat banyak talenta muda kesulitan mendapatkan keterampilan yang dibutuhkan untuk bersaing di industri kuliner yang semakin kompetitif. Temuan ini menyoroti kebutuhan mendesak akan investasi dalam pengembangan program pelatihan kuliner yang lebih komprehensif dan mudah diakses di Pulau Madura.

 

Teguh selaku peneliti menyarankan agar pemerintah daerah di empat kabupaten yaitu Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep berkoordinasi untuk membuat pelatihan usaha kuliner secara bersama-sama dengan agenda pelatihan yang berkelanjutan serta berkolaborasi dengan lembaga pendidikan dan sektor swasta yang dapat meningkatkan kapasitas pelaku usaha kuliner.

 

Dengan langkah-langkah proaktif ini, empat kabupaten di Pulau Madura tidak hanya dapat melestarikan warisan kulinernya, tetapi juga membangun pondasi yang kuat untuk pertumbuhan ekonomi berbasis gastronomi di masa depan. (Red)

No More Posts Available.

No more pages to load.