Bangkalan, Posmedia.id,- Setelah dilantik pada 20 Oktober 2024 lalu, Malamnya presiden Prabowo lansung mengumumkan jajaran menteri yang akan membantunya selama memimpin pemerintahan 5 tahun kedepan.
Salah satu nama yang masuk lis daftar menteri yang diumumkan adalah Arifatul Choiri Fauzi perempuan asal Bangkalan Madura, dirinya dipercaya untuk menduduki jabatan sebagai Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) di Kabinet Merah Putih tersebut.
Namun ternyata setelah dilantik, Arifatul Choiri Fauzi langsung memiliki conaan dan tugas yang berat, karena hanya berselang dua hari dari hari pelantikannya di daerah dimana dirinya dilahirkan mencuat kasus dugaan pencabulan yang dilakukan oleh oknum pengasuh pondok pesantren terhadap anak dibawah umur.
Hal tersebut bermula dari adanya warga yang melaporkan dugaan cabul tersebut ke kantor polisi pada Kamis (24/10/24).
“Iya benar bahwa satreskrim polres Bangkalan telah menerima laporan dari warga yang melaporkan adanya dugaan tindak pencabulan,” ucap KBO Satreskrim Polres Bangkalan Iptu Mas Herly Susanto membenarkan konfirmasi media, Jum’at (25/10/24).
Hingga saat ini, Polisi masih terus mendalami laporan tersebut.
“Untuk itu, masih kita dalami, kita baru menerima laporan baru tadi malam, kamis jam 9 malam, tentu kami langsung melakukan langkah-langkah awal dengan melakukan visum,” lanjutnya.
Hingga saat ini tim dari polres Bangkalan sudah melakukan pemeriksaan saksi-saksi serta melakukan penggeledahan di lokasi yang diduga ada hubungannya dengan tindak pencabulan tersebut.
Dalam keterangannya kepada media, Kasatreskrim polres Bangkalan AKP Heru Cahyo Saputro mengaku sudah melakukan pemeriksaan kepada 7 saksi, yang mana dua diantaranya adalah korban dari kasus pencabulan tersebut.
“Sudah memeriksa 7 orang saksi, dua diantaranya korban dari peristiwa pencabulan yang diduga dilakukan oleh pengasuh pondok pesantren inisial S,” Ucapnya Kamis (31/10/24).
Dirinya juga membenarkan bahwa ada korban lain selain yang sudah melaporkan ke polres Bangkalan.
“Kalau korban yang melapor cuma satu, tapi ada korban yang lain satu orang sudah kami periksa untuk dimintai keterangan,” lanjutnya.
Dari pemeriksaan saksi-saksi, polisi juga telah melakukan penggeledahan serta menyita beberapa alat bukti yang diduga berkaitan dengan peristiwa pencabulan tersebut. Namun menurutnya pelaku sedang tidak ada dilokasi.
“Saat ini terduga tidak sedang di tempat,” tegasnya seraya menjelaskan bahwa terduga belum dilakukan pemeriksaan oleh pihak kepolisian dan belum juga ditetapkan sebagai saksi.
Saat polisi sedang bekerja untuk menyelidiki dan mengumpulkan bukti-bukti dugaan kasus pencabulan tersebut, juga terdapat desakan dari warga setempat agar oknum terduga pelaku pencabulan segera ditangkap dan pondok pesantren ditutup.
Puluhan warga Desa Parseh, Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan yang mendatangi Pondok Pesantren Raudlatul Ulum membawa berbagai spanduk.
Dari berbagai spanduk yang dibentangkan, mereka meminta oknum pengasuh yang diduga telah melakukan tindakan cabul terhadap beberapa santrinya segera ditangkap.
“Tangkap kiai cabul secepatnya,” minta puluhan warga tersebut berdasarkan tulisan yang ada di salah satu spanduk.
Mereka juga mengatakan bahwa keberadaan kiai cabul tersebut meresahkan masyarakat.
“Kiai cabul meresahkan masyarakat,” tulis di spanduk lainnya.
Mereka juga meminta untuk tidak membela kiai cabul.
“Jangan bela kiai cabul,” tulisnya lagi.
Kepala desa parseh, Moh Ilyas kepada media membenarkan bahwa kedatangan puluhan warga tersebut meminta agar pimpinan pondok pesantren yang diduga cabul terhadap muridnya yang masih di bawah umur untuk segera ditangkap.
“Maksud kedatangan warga kesini agar yang punya yayasan ini segera ditangkap,” ucapnya Kamis (31/10/24).
Selain meminta oknum kiai di tangkap, menurutnya warga juga meminta agar Pondok Pesantren juga ditutup.
“Warga minta secepatnya yayasan ini ditutup, sedangkan pihak keluarga meminta waktu hingga hari Sabtu sudah ada keterangan,” lanjutnya.
Tidak hanya itu, kades parseh juga membenarkan bahwa jumlah korban tidak hanya satu orang.
Sebagian ada, melaporkan masalah ini selain ke polisi, namun tidak kita tindak lanjuti agar yang berwenang yang mengurusi,” ungkapnya.
Kasus ini sepertinya memang bukan yang pertama kali terjadi di kabupaten Bangkalan, semoga bu menteri dan jajaran bisa segera mengambil tindakan serta upaya pencegahan agar bisa meminimalisir kemungkinan kasus serupa terulang kembali. (Red)