Viral Kekerasan Terhadap Perempuan, Lara Collective Tawarkan Solusi Jangka Panjang

oleh -331 views

Bangkalan – Posmedia.id,- Viral kekerasan terhadap perempuan terjadi di kabupaten Bangkalan, bahkan ironisnya pelakunya adalah mahasiswa dan terjadi dilingkungan dunia pendidikan yaitu di wilayah kampus UTM. Untung pihak kepolisian bersama dengan pihak Kampus sigap, dan langsung merespon reaksi keras para aktivis serta tokoh masyarakat yang tidak ingin kasus tersebut dibiarkan.

 

Saat ini pelaku sudah ditetapkan menjadi tersangka dan pimpinan kampus juga mengaku akan mengeluarkan tersangka dari kampus UTM.

 

Kejadian tersebut memantik Komunitas Lara Collective Bangkalan untuk mengelar diskusi ruang aman bagi perempuan. Mereka berharap ada solusi jangka panjang yang bisa didapatkan dari kegiatan tersebut.

 

“Diskusi ini kami gelar karena kegelisahan dan bentuk amarah kami pada tindakan penganiayaan yang viral di UTM beberapa waktu lalu,” ucap Parman salah satu perwakilan dari Lara Collective, Kamis (26/9/2024).

 

Diskusi yang digelar di Cafe Memori Jingga, Desa Telang, Kecamatan Kamal, itu juga menghadirkan pegiat hukum dari Lembaga Bantuan Hukum GBR and Partner, serta Founder Woman For Humanity, akademisi Psikologi Universitas Trunojoyo Madura serta beberapa organisai perempuan dan organisasi mahasiswa dari 38 daerah di Provinsi Jawa Timur.

 

Founder GBR and Partner Gatot Hadi Purwanto mengatakan, sepanjang kasus yang didamping dari Firma hukumnya, banyak perempuan yang menjadi korban kekerasan seksual atau penganiayaan tetapi tidak pernah berani bersuara atau melapor.

 

“Kondisi ini sering saya temui, mereka yang menjadi korban sering ragu atas laporan yang akan diadukan, mereka butuh dukungan dan dorongan agar mereka berani bersuara,” jelasnya.

 

Founder Woman For Humanity Muammanah Fauzi menjelaskan, bahwa edukasi seks di Indonesia sangat minim, kinerja pemerintah menyikapi kekerasan seksual tidak jelas, bahkan lingkungan masyarakat kita terlena dan acap kali tidak paham mengenai jenis dan bentuk pelecehan seksual pada perempuan.

 

“Situasinya begitu kompleks, pemerintah begitu acuh, dan SDM masyarakat atau perempuan kita tidak menyadari itu, karena ruang aman perempuan hanya akan ada pada kecerdasan dan pikiran mereka sendiri,” ulasnya.

 

Akademisi Psikologi UTM Ike Sunyahni juga memiliki gagasan yang sama. Bahwa kondisi psikis setiap orang jelas memiliki peran berbeda. Ada banyak sekali laporan atau aduan yang datang, tetapi banyak dari mereka takut menindaklanjuti pada ranah hukum.

 

“Saya sering dapat laporan, baik dari mahasiswa, karyawan penjaga toko yang mengalami pelecaham atau kekerasan seksual, tapi mereka rata rata takut melaporkan, sehingga ini butuh didampingi,” jelasnya.

 

Sebagai tindak lanjut dari kegiatan tersebut, Parman mengaku akan bersama-sama dengan para pegiat organisasi yang peduli terhadap perempuan untuk membentuk sebuah wadah khusus untuk mendampingi para korban kekerasan.

 

“Kami akan melibatkan perempuan-perempuan yang hadir malam ini berkomitmen mendukung dan mendampingi perempuan yang mengalami tindakan kekerasan seksual atau ketidak adilan dari siapapun,” pungkasnya. (Red)

No More Posts Available.

No more pages to load.