Oleh: Ahrori Dlofir*
Mengapa judul diatas tidak ditulis “Konflik PKB VS PBNU”? Karena yang berkonflik bukan PBNU, akan tetapi hanya Gus Ipul dan Gus Yahya. Maka sangat murahan jika Gus Ipul dan Gus Yahya membawa nama PBNU dalam ranah ketidak sukaan terhadap PKB. Terlalu naif jika sediki sedikit membawa PBNU dalam ber statement menghantam PKB. Dan, terlalu kekanak kanakan jika tidak setuju dengan PKB menggunakan nama PBNU. Karena PBNU adalah rumah besar para ulama yang dibuat berteduh oleh umat. Maka jangan diseret terlalu jauh jika hanya untuk mengenyangkan pribadinya.
****
Sejak awal mencuat konflik PKB VS Gus Ipul dan Gus Yahya seribu persen saya tidak percaya. Bahkan kalau boleh dikatakan kedua belah pihak tidak sedang berkonflik, melainkan hanya mempermainkan peran masing masing. Lho?
Begini; bagaimana kita harus percaya dengan komentar komentar yang keluar dari Gus Ipul dalam mengkeritik Cak Imin, keduanya masih satu darah dan satu Bani. Sangat riskan bagi saya untuk menyimpulkan bahwa keduanya sedang berseteru. Dan yang bikin tidak percaya lagi, bahwa adik dari Gus Ipul tercatat kader PKB yang bahkan pernah menjadi ketua DPC PKB Kabupaten Pasuruan serta menjadi Bupati Pasuruan dua periode dengan menggunakan kendaraan PKB. Maka logika waras akan menyatakan bahwa konflik itu bagian dari marketing untuk bisa mempertahankan posisi dari masing masing personal. Itu merupakan prasangka saya sebagai orang yang hidup di desa. Itu adalah gambaran ketidak percayaan saya terhadap konflik PKB dan Gus Ipul.
Lalu bagaimana dengan Gus Yahya? Begini; Ketum PBNU tersebut punya Aspri yang bernama Ghufron Siroj, yang dikemudian hari tepatnya di pemilu 2024 mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI dari partai Kebangkitan Bangsa dapil Lumajang-Jember. Dan terpilih menjadi anggota dewan. Kita tahu bahwa Gus Yahya bagian dari orang yang selalu menyampaikan bahwa aspirasi politik warga NU bukan hanya di PKB tapi di berbagai parpol. Pernyataan itu benar, akan tetapi jangan sampai melupakan sejarah bahwa PKB lahir sebagai wadah suara Nahdliyyin. Dari sinilah mengapa saya tidak percaya bahwa Gus Yahya serius berkonflik dengan PKB. Karena orang dekatnya berangkat menggunakan kendaraan PKB.
Jika akan dipaksa untuk percaya terhadap konflik ini, terus terang, saya sebagai orang yang hidup di perkampungan terpencil sangat miris dengan berbagai statementnya Gus Ipul yang seakan paling dewasa dalam menyikapi dunia politik, begitu juga dengan Gus Muhaimin yang sangat dikenal dengan politisi handal tidak perlu menanggapi berbagai manuver dari Gus Ipul dan Gus Yahya. Karena keduanya sama sama masih muda, yang tingkat ke ‘Aku’-annya sangat tinggi.
Jika antara Gus Ipul, Gus Yahya dan Gus Muhaimin tidak berhenti saling menyerang, maka akan saling merugikan. Yang pro Gus ipul akan secara frontal menjelek jelekan PKB, begitu juga yang pro Gus Muhaimin akan leluasa menguliti Gus Ipul yang notabene masih keluarga dari Gus Muhaimin. Secara pribadi, saya tidak ingin menjadi hakim dari perbedaan keduanya. Karena dalam dunia pesantren, ketika yang berseteru sosok yang menjadi panutan dalam sanad keilmuan, maka orang seperti saya disarankan untuk diam. Tidak mengomentari antara benar dan salah mereka.
Akan tetapi karena ini menyangkut Ormas dan partai politik, kiranya dapat dimaklumi kalau orang seperti saya ikut nimbrung dan memberi sedikit pandangan.
Oleh karenanya, bagi Gus Ipul dan Gus Yahya tidak perlu lagi mengotak atik PKB. Apapun yang dilakukan panjennengan berdua tidak mewakili PBNU, karena tidak ada keputusan final dari PBNU untuk ‘memusuhi’ PKB. Jajaran syuriyah sebagai pemegang kendali sampai detik ini belum terdengar fatwanya mengenai PKB. Jika kemudian terpaksa harus “merebut” PKB, lakukan dengan cara personal tidak perlu untuk membawa nama PBNU keranah perebutan kekuasaan. Sebab warga NU dan PKB khususnya di Jawa Timur sangat ‘mesra’. Apalagi pengurus NU, hampir disemua tingkatan sangat menjaga dan saling berpangku tangan dalam melaksanakan kegiatan ke NU an.
Monggo Gus Muhaimin dihakimi dan di obrak abrik. Tapi ingat, nama PBNU jangan dibawa ke dalam perselisihan itu. Menggelitik rasanya jika kemudian PBNU harus diobral hanya untuk kepentingan sesaat. Perlu diketahui bahwa masyarakat bawah selalu bertanya; apakah benar PBNU konflik dengan PKB,? maka saya tegaskan bahwa yang berkonflik bukan PBNU, tapi Gus Ipul, Gus Yahya VS PKB. Titik. Jawaban saya tersebut menegaskan biar masyarakat bisa memilah, jika Gus Ipul dan Gus Yahya hanya pengurus PBNU. Dan tidak semua yang disampaikan mewakili PBNU. Dalam konteks ini perselisihan dengan PKB bukan atas nama PBNU akan tetapi atas nama personal.
* Sekjend FORBHINU (Forum Bhindereh Nusantara)