Bangkalan, Posmedia.id,- Ketua G25 Indonesia, Dasuki Rahmad terlihat geram melihat situasi pelaksanaan program pendidikan di Kabupaten Bangkalan.
Menurutnya banyak hal yang masih butuh perhatian serius agar program pendidikan di Kabupaten Bangkalan bisa dinikmati oleh semua kalangan.
Sebagai aktivis sosial, Dasuki sapaan akrabnya sering menemukan hal yang tidak wajar di lapangan, khususnya terkait dengan penyaluran berbagai bantuan pendidikan yang kadang masih meninggalkan catatan merah.
“KIP ternyata ada yang terima kartu mulai dari masuk hingga dia keluar dia tidak terima uang sama sekali, itu kan menyedihkan,” ucapnya Sabtu (17/07/22).
Disatu sisi, Dasuki mengaku bahagia bahwa dirinya bersama teman-temannya yang tergabung di G25 bisa mengadvokasi dan memberikan sejumlah bantuan kepada kurang lebih 60 anak kurang mampu untuk bisa menikmati pendidikan, namun disisi lain dirinya mengaku sedih bahwa ada banyak pemangku kebijakan pendidikan yang seharusnya bisa berbuat lebih namun tidak berbuat apa-apa.
“Ada lembaga, ada tokoh, ada Bupati, ada dinas pendidikan yang sebenarnya jauh bisa berbuat sesuatu, namun ternyata tidak melakukan sebagaimana mestinya,” lanjutnya kecewa.
Bahkan dirinya juga mengatakan bahwasanya ada lembaga dewan pendidikan yang difasilitasi dan dibiayai oleh pemerintah namun nyatanya tidak memberikan manfaat apapun.
“Sampai saat ini saya belum melihat mereka melakukan sesuatu, ini kan pengeluaran anggaran yang sesungguhnya mubazir menggaji orang yang tidak bekerja,” ucapnya lagi.
“Saya ingin tau apa yang selama ini mereka lakukan, dan benar-benar real, jangan-jangan justru G25 yang swadaya dengan uang receh ini bisa berbuat lebih besar dengan apa yang dewan pendidikan lakukan,” ucap Dasuki menyayangkan.
Dengan alasan itulah, Dasuki mengatakan bahwa lebih baik dewan pendidikan dibubarkan, agar tidak menjadi beban negara.
“Menurut saya ketimbang mudorot, karena buang-buang anggaran, karena mereka tidak bekerja mending dibubarkan saja,” ucapnya serius.
Dasuki juga mengaku pernah mengundang ketua dewan pendidikan di acara G25 Indonesia, pada kesempatan tersebut KH Mustahal Rasyid menurutnya mengaku siap bekerja dan bersinergi namun pada nyatanya sampai saat ini Dasuki mengatakan bahwa ketua dewan pendidikan belum melakukan apa-apa.
“Buktinya sampai saat ini dia tidak melakukan apa-apa, apalagi ditengarai berpartai dan segala macamnya itu justru sangat memalukan,” ucapnya menyayangkan.
Tidak hanya itu, bahkan menurut Dasuki ada LSM yang awalnya vokal bersuara namun setelah menjadi anggota dewan pendidikan ditengarai tidak melakukan apapun.
“Dan temen teman LSM yang ada disitu yang katanya sebelumnya koar-koar, tetapi juga tidak melakukan apapun, karena saya tidak melihat kerja mereka apa,” ucapnya geram.
“Seharusnya, ya bukan karena pamer tapi seperti G25 apa yang mereka lakukan seharusnya di mediakan, minimal di media internal mereka,” lanjutnya.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Dewan Pendidikan H Mustahal Rasyid mengatakan bahwa dirinya sudah bekerja sesuai dengan aturan yang ada.
“Bagaimana bisa disebut tidak bekerja, coba lihat itu di Facebook dewan pendidikan dan di media juga,” ucapnya santai seraya tertawa.
H Mustahal Rasyid juga meminta jika ada temuan, informasi atau fakta di lapangan silahkan di sampaikan ke anggota dewan pendidikan.
“Jika memang ada temuan, ya disampaikan ke kami, anggota Dewan Pendidikan kan jumlahnya terbatas,” lanjutnya.
Bahkan dirinya tidak segan juga menyarankan jika memang ada temuan atau fakta yang bisa dijadikan barang bukti untuk disampaikan langsung ke aparat penegak hukum sebagai laporan.
Untuk publikasi Ketua Dewan Pendidikan juga mengaku sudah ada web dan medsos sebagai media publikasi kegiatan.
“Ada, coba di cek,” tegasnya membantah jika disebut tidak memeliki media publikasi internal. (HS)